Dalam dunia hipnoterapi kita mengenal dua mazhab atau aliran hipnoterapi berdasar teknik yang digunakan. Ada mazhab yang berasal dari pantai timur (east coast) dan pantai barat (west coast) Amerika. Perbedaan mencolok dari kedua mazhab ini tampak dalam teknik yang digunakan untuk membantu klien mengatasi masalahnya. Mazhab dari pantai timur lebih menekankan terapi berbasis sugesti atau yang kita kenal dengan suggestive therapy. Sedangkan mazhab dari pantai barat lebih menekankan pada pentingnya menemukan akar atau sumber masalah yang mendasari simtom. Teknik ini kita kenal dengan hypnoanalysis. Masing-masing mazhab punya alasan dan pemikiran yang sahih mengapa mereka menggunakan teknik-teknik itu. Artikel ini khusus membahas cara untuk lebih meningkatkan keefektifan terapi berbasis sugesti (suggestive therapy) dengan memahami kendala atau hambatan yang seringkali ditemui atau tidak disadari oleh hipnoterapis. Berikut saya berikan contoh kasus yang pernah ditangani oleh seorang dokter yang juga hipnoterapis. Mari kita pelajari bersama. Kisahnya sebagai berikut: Seorang klien wanita berusia 34 tahun datang ke terapis dengan keluhan kulit yang merah dan gatal. Kondisi kulitnya menjadi semakin parah, lecet dan berdarah, karena sering digaruk. Selama beberapa tahun ia pernah mengalami kondisi ini beberapa kali. Di awal terapi, terapis membimbing klien masuk ke kondisi light hypnosis dan memberikan sugesti perasaan tenang, dan kulitnya terasa nyaman. Dua hari kemudian klien melaporkan bahwa kondisinya justru menjadi semakin parah. Terapis selanjutnya memberikan sugesti yang sama dengan tujuan memperkuat sugesti sebelumnya. Dan dua hari kemudian kondisinya justru menjadi semakin parah. Kali ini terapis mengubah strategi dengan memberikan sugesti agar klien menghentikan gerakan lengan yang bergerak berulang kali menggaruk kulitnya yang terasa gatal. Klien menerima dan menjalankan sugesti ini. Ia berhenti menggaruk. Namun beberapa hari kemudian ia kembali menggaruk kulitnya dan justru menjadi semakin parah. Setelah dilakukan wawancara mendalam akhirnya diketahui bahwa sakit kulit adalah strateginya untuk mendapatkan perhatian dari suaminya. Dengan demikian sugesti yang saya berikan untuk menghentikan sakit kulitnya dipandang sebagai ancaman yang merugikan. Dan untuk itu pikiran bawah sadar klien melawan ancaman ini. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari cerita di atas? Kisah ini memberikan gambaran yang jelas mengenai kekurang-cermatan dan ketidak-hati-hatian terapis. Ia terburu-buru melakukan terapi berbasis sugesti tanpa didahului dengan investigasi mendalam dan menyeluruh terhadap psikodimamika kasus, walau tampaknya kasus kulit gatal ini adalah kasus yang mudah atau sepele. Memang, dalam banyak kejadian kendala terapi berbasis sugesti sering disebabkan oleh terapis yang kurang cermat dalam melakukan investigasi dan juga kurang menyiapkan (pikiran bawah sadar) klien. Salah satu sugesti yang sangat terkenal yang berasal dari Dr. Emile Coue adalah "Everyday in everything, I am feeling better and better" atau "Setiap hari, dalam segala hal, perasaanku selalu membaik dan semakin membaik." Afirmasi ini sangat terkenal dan memang sangat luar biasa. Pasien yang berobat di klinik Dr. Coue, yang menggunakan afirmasi ini, sembuh atau kondisinya membaik lima kali lebih cepat dari pasien di rumah sakit atau klinik lainnya di seantero Eropa. Bertahun-tahun lalu saya juga sering menggunakan kalimat sugesti ini. Biasanya saya ucapkan saat mau tidur, saat baru bangun tidur, dan saat sedang melakukan relaksasi pikiran. Namun herannya saya belum atau tidak merasakan perubahan apapun. Saya berpikir sepertinya ada yang salah dengan saya. Atau mungkin blocking saya yang terlalu kuat sehingga menolak sugesti positif ini. Saya akhirnya memutuskan untuk berhenti mengucapkan afirmasi ini. Sekian tahun kemudian, saat mendalami hipnoterapi, saya akhirnya menemukan mengapa sugesti ini tidak efektif, setidaknya untuk saya. Lalu, apa yang membedakan kondisi yang berhasil dicapai pasien Dr. Coue dan saya, yang menggunakan afirmasi yang sama persis? Atau mungkin juga Anda? Mengapa pasien Dr. Coue bisa begitu bagus hasilnya sedangkan saya tidak? Cukup lama saya bingung. Setelah cukup lama mencari dari berbagai sumber dan literatur akhirnya saya menemukan jawabannya. Ternyata Dr. Coue tidak serta merta memberikan sugesti "Everyday in everything, I am feeling better and better" kepada pasiennya. Beliau melakukan prakondisi pikiran dan kesiapan pasiennya sebelum memberi sugesti atau afirmasi. Setiap pasien yang diberi sugesti diminta untuk berkunjung ke klinik tempat praktiknya dan bertemu dengan beberapa pasien yang sudah sembuh. Dr. Coue dengan cerdik mengatur sehingga dalam pertemuan ini terjadi diskusi antara pasien baru, yang masih sakit, dan pasien lama yang sudah sembuh. Dari diskusi ini pasien baru terpengaruh dan percaya bahwa ia juga bisa sembuh. Barulah setelah ini, dan hanya setelah pasien baru ini sudah percaya bahwa ia juga bisa sembuh, Dr. Coue memberikan sugesti "Everyday in everything, I am feeling better and better" dan meminta si pasien barunya mengulang membaca sugesti ini beberapa kai dalam satu hari. Hasilnya? Sudah tentu kondisi pasiennya semakin hari semakin baik seperti yang diharapkan. Dalam melakukan terapi berbasis sugesti, terapis perlu memantau atau mendapat laporan mengenai perkembangan klien pascaterapi. Biasanya laporan ini disampaikan dalam waktu maksimal satu minggu. Setiap perubahan, baik positif maupun negatif, atau sama sekali tidak ada perubahan, digunakan sebagai landasan pijak untuk menyusun sugesti berikutnya. Perubahan positif yang terjadi mengikuti salah satu dari empat pola berikut: 1. Klien mengalami perubahan signifikan langsung setelah selesai terapi. 2. Klien mengalami perubahan yang bersifat gradual atau inkremental setelah sesi terapi. 3. Klien mengalami perubahan yang bersifat gradual atau inkremental dan setelah beberapa saat terjadi perubahan yang signifikan. 4. Klien tidak mengalami perubahan. Namun setelah beberapa saat klien mengalami perubahan mengikuti salah satu dari tiga pola di atas. Bagaimana bila klien sama sekali tidak mengalami perubahan? Berarti ada resistensi dari pikiran bawah sadar. Resistensi ini bisa terjadi dengan dua kondisi. Pertama, resistensi tanpa diikuti perasaan tidak nyaman baik di tubuh fisik dan atau emosi. Dan kedua, resistensi yang diikuti dengan munculnya perasaan tidak nyaman baik secara emosi dan atau secara fisik. Bila terjadi resistensi tanpa diikuti perasaan tidak nyaman maka dapat dilakukan dua hal. Pertama, klien melanjutkan sugesti yang telah diberikan. Kedua, terapis mengubah semantik yang digunakan dalam sugesti, namun tetap dengan tujuan yang sama. Klien belum berubah karena sugesti positif yang diberikan belum mencapai momentum untuk mulai mewujudkan perubahan dalam diri klien. Untuk resistensi yang diikuti dengan munculnya perasaan tidak nyaman baik secara emosi dan atau secara fisik maka terapis harus bijaksana dan tanggap dengan tidak meneruskan sugestinya. Dalam hal ini terapis perlu segera menggunakan sinyal rasa tidak nyaman ini sebagai jembatan untuk masuk ke dalam pikiran bawah sadar klien, menemukan sumber resistensi dan mengatasi resistensi ini. Barulah setelah ini sugesti yang diberikan bisa bekerja dengan baik. Rasa tidak nyaman, biasanya dalam bentuk kecemasan, muncul karena terjadi konflik antara Ego Personality (baca: Program) yang berusaha mempertahankan status quo "melawan" Ego Personality yang mau mengeksekusi sugesti yang berasal dari operator. Semakin intens konflik yang terjadi maka akan semakin intens perasaan tidak nyaman. Salah satu faktor penentu keefektifan sugesti, selain semantik, adalah kedalaman rileksasi pikiran atau trance. Kedalaman ini berhubungan erat dengan keaktifan critical factor yang berfungsi sebagai filter mental dalam menyaring berbagai informasi yang akan masuk ke pikiran bawah sadar, dan sudah tentu dalam hal ini termasuk sugesti. Untuk memudahkan mengingat, gunakan aturan ini: semakin rileks pikiran maka semakin besar kemungkinan sugesti diterima tanpa dikritisi dan dijalankan. Jadi, sugesti yang masuk ke pikiran bawah sadar untuk bisa dilaksanakan sebenarnya melewati tiga tahap. Pertama, sugesti ini harus bisa melewati critical factor. Untuk inilah kita membutuhkan kondisi hipnosis. Semakin dalam kondisi hipnosis maka semakin lemah critical factor. Kedua, sugesti harus bisa melewati empat filter yang ada di pikiran bawah sadar. Dan ketiga, sugesti ini tidak mendapat penolakan dari program pikiran yang sudah terlebih dulu ada di pikiran bawah sadar. Bagaimana bila ternyata ada penolakan dari pikiran bawah sadar dan terapis tidak punya kecakapan untuk mencari dan menemukan sumber penolakan? Ada cara lain yang juga sangat efektif. Setiap program pikiran punya "power" atau kekuatan. Semakin kuat suatu program maka semakin besar resistensi yang ia akibatkan. Berpedoman pada pemahaman ini maka kita dapat mengurangi atau melemahkan kekuatan program pikiran yang menolak sugesti yang kita berikan. Caranya? Kita bisa menggunakan tehnik EFT atau Emotional Freedom Technique. |
0 komentar:
Posting Komentar